Suara gemuruh air
membangunkanku. Ya, aku ingat sejak 1 hari yang lalu aku sudah berada di sini.
Tinggal bersama alam, hanya terhalangi oleh kain tenda tempat ku berada
sekarang. Dingin. Malam yang sangat dingin. Sebuah jaket tebal pun tak mampu
menghalau dingin ini. Dingin nya malam, dan perasaanku. Aku bergegas keluar
tenda untuk menikmati malam ini. Ketika aku melihat jam tanganku, ternyata
sekarang sudah pukul 1 pagi. Suara-suara binatang malam menghibur telinga.
Membuat sebuah irama ceria yang membuat hati gembira. Bau rumput yang basah
karena hujan tadi sore membuncah di penciuman. Wangi yang khas. Selalu
membuatku semangat, dan berangan tentang impian masa depan.
Sesuatu yang menakjubkan terlihat ketika
ku menengadahkan kepala, sekumpulan bintang-bintang yang indah. Membuat ku
bersyukur betapa baik nya tuhan menciptakan seluruh dunia dengan indahnya.
Termasuk bukit di belakang ku. Bukit yang selalu saja ku kunjungi jikalau pergi
ke rumah alam ini. Sesuatu yang sangat ingin ku bagi dengan seseorang. Namun,
ketika ku beranjak ke arah bukit, aku melihat sebuah bayangan. Bayangan yang
sangat ku kenal. Yang selama ini membuat jantungku berdebar kencang…
“Marvel?”
Ia berbalik. Dan saat itu
juga aku melihat sepasang mata yang memantulkan sinar bulan malam itu.
“Luna? Sedang apa kamu?
Ini kan sudah larut malam?”
“Seharusnya aku yang
bertanya pada mu. Apa yang kamu lakukan di bukit ini?”
“aku sedang memandangi
bintang-bintang. Aku tahu ini terlalu ‘cewek’ tapi ini membuatku tenang”
“Ya, itu benar sekali.
Aku juga sangat suka bukit ini. Bintang-bintang terlihat jelas, tidak seperti
dirumah ku.”
“Kalau begitu, kita bisa
melihat bintang sama-sama malam ini. Ayo sini!” ujarnya sambil menepuk tempat
di sampingnya. Tadinya aku ingin kembali ke kemah saja, karena sangat tidak
enak sekali berbagi tempat dengan orang lain seperti ini. Tapi pesona bintang
tidak mampu membuatku tega untuk melewatkan pemandangan malam ini. Aku pun
terduduk.
“Kamu tahu lun?” Ujarnya
memecah keheningan.
“ya?”
“Kamu lihat bintang yang
paling terang itu? Kamu tahu itu bintang apa?”
“tentu aku tahu. Itu
bintang favorite ku. Bintang Sirius, bintang yang paling terang yang terlihat
dari muka bumi setelah matahari. Iya kan?”
“exactly! Kamu tahu?
Terang bintang itu seperti memberi ku semangat bahwa kita pun bisa tetap dekat
dengan orang yang kita sukai walaupun di sisi dia masih ada orang yang lebih
baik menurut dia”
“Umm, apakah yang kamu
maksud itu penggemar rahasia?”
“Yap. Tapi terkadang
sebenarnya kita memberi perhatian kepada orang itu secara terang-terangan. Tapi
orang itu tidak menghiraukan-nya karena menurut dia ada orang yang lebih dia
perhatikan, walaupun orang yang dia perhatikan itu gak melakukan yang sama”
“Cukup Rumit”
“Memang. Begitulah Hidup
Lun” Marvel benar.
“Lun?” Suara Marvel
memecah keheningan sesaat tadi.
“mm?”
“Kamu denger suara katak
itu?”
“Maksud kamu katak yang
mana? Semua katak bernyanyi malam ini”
“Ya kamu benar. Tapi kamu
dengar suara yang paling nyaring diantara semuanya itu?”
“iya, aku dengar. Katak
apa itu?”
“Itu katak kolam. Dia tak
terlihat, tapi suara nya paling keras diantara semuanya. Padahal ia ada di
dekat kita”
“Let me guess, seperti
orang yang sangat perhatian pada seseorang yang ia sayang, namun orang itu
tidak menyadari nya, padahal orang itu dekat dengan-nya. Rite?”
“Bener banget. Kamu tahu
Lun, alam mengajarkan kita berbagai filosofi hidup. Itulah salah satu alas an
mengapa aku sangat mencintai alam”
Akupun terdiam. Ia memang
benar. Aku tak menyangka orang seperti Marvel juga mengerti hal seperti ini.
Tapi sungguh, Ia terlihat berbeda di bawah sinar bintang-bintang. Tatapan
matanya seperti berkilauan menandakan sesuatu.
“Marvel?”
Lalu ia pun menoleh.
Masih dengan senyum-nya yang khas itu.
“filosofi yang kamu
katakan tadi sebenarnya adalah pengalaman kamu sendiri. Yakan?”
“Maybe yes Maybe no”
Jawab nya lalu sambil mengerling jail ke
arahku.
“please, I’m serious
vel.”
“Ok, Jika kamu ingin
tahu. Selama kita dan yang lain bersama-sama selama seminggu ini sebenarnya ada
seorang cewek yang menghantui fikiranku.”
Deg. Deg. Apakah itu aku?
“Who’s that?”
“She’s Anna. Aku selalu
memikirkan kenapa dia tidak ikut petualangan ini Lun. Padahal aku ingin selalu
bersamanya…
Dan harapan-ku pun
terbang bersama hembusan kabut malam yang menghalangi cahaya bintang diatas
sana….
No comments:
Post a Comment