Thursday, January 24, 2013

Cuaca Hati : Hujan Sore Itu




Aku selalu bingung. Bingung apa yang harus aku lakukan ketika dia tiba-tiba pergi. Dia bilang dia tidak akan pernah pergi meninggalkan-ku. Dia bilang dia akan selalu ada untuk-ku. Tapi hujan sore hari waktu itu, menjadi saksi bahwa dia mengingkari janjinya.

“Maafkan aku. Mary benar-benar membutuh-kan ku. Kurasa kamu bisa pulang sendiri kan? Bye”
Hanya itu. Lalu dia pergi meninggalkan-ku dengan mudahnya. Meninggalkan-ku di depan toko kue tempat favorite kita berdua. Dalam keadaan basah. Tidak-kah dia sedikit berfikir tentang aku? Yang selalu dia utama-kan adalah perempuan itu. Selalu saja perempuan itu.

Ada 2 pilihan untuk-ku lakukan sore hari ini. Pertama, Diam, menunggu hujan reda sampai seseorang dengan berbelas kasih mengantarku pulang dan menjemputku. Dua, Pergi melintasi jalan untuk naik bus dengan kondisi lalu-lintas lenggang yang menyebabkan para pengendara itu melintas dengan kencang, tanpa kacamata, dengan jarak pandang pendek seperti ini.

Dan akupun memilih opsi kedua. Tak mungkin aku berlama-lama diam disini dalam keadaan basah kuyup seperti ini. Bisa-bisa aku sakit. Dan diusir oleh petugas keamanan karena penampilan-ku yang sudah acak-acakan.

Akupun mulai melangkah-kan kaki bersiap untuk berlari melintasi jalanan yang dipenuhi kendaraan yang melintas kencang. 1…….2…………3…………

Dan Aku berlari melintasi jalan untuk menghindari kendaraan itu. Namun sayangnya, sedetik setelah aku memutuskan untuk berlari, sebuah truk besar melaju kencang dari arah kiri-ku. Aku tak punya harapan.

Bugh…

Seseorang menarik tangan kanan-ku dan memeluk-ku hingga tubuh-ku terhindar dari truk itu dan terlempar ke trotoar. Dan aku pun terjatuh disamping seorang pria berbadan tinggi dan berisi.

“Hey, are you okay?” Tanya pria itu dengan tatapan khawatir dan kaget.
“You know I’m not” Jawabku ketus masih kesal karena kalau dia tidak menarik-ku tadi, pasti aku sudah mati. Dan masalahku hilang.
“wait for a while..” Dia malah pergi ke belakang-ku dan meraih sebuah payung berwarna navy blue.
“Jadi, dimana rumah-mu? Let me take you home” Ujarnya sambil tersenyum memandangiku dengan ekspresi ‘heycewekjelekmengenaskandipinggirjalan’.
“Gausah. Itu terlalu merepotkanmu.”
“Please? Kau tahu? Aku kan teman-mu juga. Jadi, apa salahnya kan?”
“ok”

Lalu kami-pun berjalan dibawah payung biru ini, melewati derasnya hujan sore ini.
“Rachel, sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan barusan? Itu bahaya banget tau gak? You can be die there.” Ucapnya
“Aku tahu.”
“Jadi kenapa kau lakukan itu? Is it because of him?” Tanyanya dengan muka yang misterius.
“Who’s him?” Aku memang tidak tahu siapa yang dia maksud.
“you know, Adit. iyakan?”
“iya. Kau tahu dari mana? Dan memangnya penting untuk-mu mengurusi masalahku?””
“Hey! Kan masih ada aku ra. Kau tahu aku akan selalu ada di samping mu. Just call me”
“Kamu kan tak pernah bilang Lang! Lagipula, semua cowok sama saja. Memilih orang yang jelas-jelas tidak lebih peduli padanya disbanding aku. Apapun yang aku lakukan dia anggap sepele, walaupun itu menyangkut nyawanya. It just not fair lang!” 

Apa-apaan ini? Kenapa aku jadi emosi begini? Dasar Gilang! Dia sama saja dengan si adit itu. Memangnya gampang membuat sakit hati-ku hilang? Sakit. Sungguh sakit sekali kejadian tadi itu. Dan gilang mengingatkan-ku kembali. Akupuun tak bisa menahan air mata keluar dari mataku. Bercucuran berusaha menyaingi deras-nya hujan.
“Ra, aku berbeda. Apakah kau tidak melihat-ku selama ini? You just didn’t notice this”

Apa maksud dia? Aku baru tersadar, payung yang sejak tadi dia pegang sudah jatuh diatas trotoar yang sepi. Hujan terus saja menghujam kepala-ku, dan itu membuat aku pusing sekali. Penglihatanku yang buruk semakin menambah buram penglihatan-ku yang terganggu oleh kinerja otak-ku yang berkurang karena aku pusing sekali. Sampai akhir nya semua perlahan berubah gelap.

“Ra? Rara? Are you okay? You know I’m here for you. Aku sayang kamu ra, Nggak seperti dia..” Hanya itu satu-satunya kalimat yang aku dengar sesaat sebelum semua gelap total. Dan Pada saat itu pun Hujan menghapus seluruh fikiran negative-ku tentangnya dan mengahapus kenangan dengan Adit seiring membesarnya derai hujan sore hari ini…

2 comments:

  1. cerpennya bagus :) isi ceritanya hampir sama apa yang kamu ceritain tadi ke aku so :), benar apa kebetulan ? =D

    ReplyDelete
  2. makasih nggi :) Umm, sebagian, terus dikembangin khayalan aku yang berlebihan --" haha :D

    ReplyDelete