Saturday, April 23, 2016

The Bosscha Observatory and The Thoughts of Mine




Bosscha, 23 April 2016

Sejak pertama kali ayah membelikanku sebuah ensiklopedia astronomi, aku mulai menyukai membaca dan semua hal yang berhubungan dengan angkasa raya. Bahkan, ketika aku SMA, aku sempat mengikuti olimpiade astronomi di tingkat kota walaupun aku berasal dari program studi IPS, hanya karena penasaran dan ingin belajar dari seorang ekspert haha :’) aku masih ingat ekspresi terkejut guru ekonomi ku ketika aku mengikuti sesuatu yang berlainan arah dengan seharusnya.
Dulu, aku punya mimpi menjadi seorang astronom! Mengamati bintang-bintang, mencari satu atau beberapa yang baru, meneliti sesuatu yang belum terbuktikan, pergi ke luar angkasa, ah ya, semuanya. Tapi ya begitulah (Tiap denger kata ini pasti kepikiran lagu nya sarah sechan, haha) semakin kamu tumbuh besar, semakin realistis mimpi yang kamu punya.

Dan tebak! Walaupun mimpi aku, cita-cita aku sudah berubah, aku tetap tertarik kepada bintang, galaxy, palnet-planet, nebula (anaknya driane!), dan semua yang berada diatas sana. Dan juga, aku masih mau kok, pergi luar angkasa. Setidaknya harus sampai bulan ya! Haha


Suatu hari, aku pergi ke suatu tempat di Jawa Timur dimana kamu bisa melihat pemandangan langit malam yang indah dan jelas, ditambah pemandangan gunung dan lautan awan yang membuatmu merasa seperti berada di umm…. Di bromo. Karena aku memang pergi ke bromo haha (It’s lame I know, my jokes) Well, you literally can go somewhere high and has a clear sky. But guess what? It’s bromo, duh. Dari dulu aku memang selalu mengagumi langit malam yang penuh bintang, tapi suatu hari aku pergi berfikir untuk pergi ke suatu tempat yang memang indah pemandangan nya, jauh dari kota asalku, dan pergi bersama teman-temanku.  Dan ya, aku memutuskan untuk pergi kesana. Bayangkan saja, aku tidak mau menginap di penginapan yang tersebar di luar kawasan taman nasional, dan memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat pengamatan. Walaupun berakhir tragis karena kami membawa tenda yang rusak :’) jadi semalaman kami tidur didalam jeep dan sekitar pukul 2 aku pergi ke titik pengamatan dan yaaa! Kamu benar-benar bisa melihat galaksi bima sakti dengan mata telanjang (walaupun lebih jelas ketika di dalam kamera) dan tentu saja itu sangat mengagumkan. Kamu tahu, dimana kamu melihat sesuatu yang sangat indahdan selama ini kamu kagum-kagumi berada di depan mata dan kamu hanya bisa diam menikmati keheningan mengamati itu. Well, sebenarnya aku tidak diam sih, tangan dan fikiranku bergerak menunjuk konstelasi bintang-bintang yang terlihat yang selama ini hanya bisa lihat di aplikasi stellarium di personal computerku.
Dingin, tentu saja sangat dingin. Kamu harus mengorbankan rasa dingin itu karena melihat ciptaan tuhan yang keren ini paling ideal ketika malam hari. Ah ya! Aku juga pernah pergi ke Gunung Papandayan di Garut untuk melihatnya lagi. Dan sekali lagi, langit tidak pernah membuatku kecewa.

Kembali lagi ke kunjunganku ke bosscha pagi tadi. Sebetulnya, aku sudah berencana pergi ke sana sejak hari pertama ospek di Bandung. Tapi ya, tingkat satu benar-benar membuatmu bingung. Masa transisi dari SMA ke Perguruan Tinggi. Dan bla-bla-bla banyak alasan yang benar-benar tidak membingungkan, karena pada kenyataan nya pagi tadi aku hanya mengumpulkan niat dan bekal makanan dan pergi ke sana. Sendiri! Ya begitulah si Hasna ini kalau sudah niat haha.


Karena weekend, jalan menuju lembang lumayan macet, aku harus menempuh waktu 1 jam dari ciwaruga menuju lembang. Luar biasa. Dan sampai sana ternyata ada ojek yang bisa kita pakai dari gerbang samping jalan raya, menuju loket tiket diatas sekitar 800m. Yang membuat aku kaget, ongkos nya hanya 5rb! Padahal, biasanya dari sarijadi ke kostan yang jaraknya tak lebih dari 500m saja aku harus bayar 10rb (oke ini curhat tidak penting). Intinya, sampai sana aku beruntung mereka masih menyediakan sesi tur observatorium terbesar di bosscha. Disana, seorang mahasiswa astronomi ITB menjelaskan tentang teleskop bintang ganda dan bangunan yang bisa bergerak-gerak. Kubahnya, lantainya, dan teleskop nya sudah pasti.

Ah ya, ada sesuatu yang ingin kuceritakan ketika sesi mengenai teleskop bintang ganda. Hari ini banyak sekali keluarga yang memabawa anak-anak nya berkunjung. Jadi, ada sebuah keluarga yang membawa seorang anak perempuan yang keterbelakangan mental. Aku terharu (Ko bahasa ku lebay ya?) melihat ayahnya yang tanpa malu-malu mengajak si anak itu bermain dan ber interaksi, walaupun reaksi si anak tidak cukup bagus. Dia berteriak dan  ingin pergi dari pegangan ayahnya itu, tapi si ayah cukup sabar. Suatu saat di dalam observatorium, si anak itu berteriak makin keras, dan orang-orang satu ruangan itu melihat ke si bapak dan anaknya itu. Aku jadi sebal, kenapa mereka melihat begitu sinis, padahal kan si anak itu juga pengunjung seperti mereka. Hey! Mereka juga butuh hiburan dan rekreasi ke tempat edukasi loh! Aku makin sedih ketika raut muka ayahnya berubah sedih dan membawa si anak  itu pergi ke luar ruangan. Aaaa, aku jadi rindu ayah.
Setelah kejadian si ayah dan anak pergi, pemandu kembali bercerita dan mulai mempraktekan cara membuka kubah, memakai teleskop, dan menaikan lantai agar pandangan kita bisa sejajar dengan lensa kecil teleskop.Dari situ, kami diarahkan menuju ruang multimedia yang berada tak jauh dari situ. Disana, kita dijelaskan lebih lanjut mengenai tata surya dan betapa kecilnya bumi kita jika dibandingkan benda langit lainnya. Well, karena sasaran nya anak-anak, mereka hanya menjelaskan teori umum dan mudah dicerna dari astronomi. Dan beberapa fakta yang benar-benar mengagumkan seperti, Apakah kamu tahu kalau ternyata Sirius, bintang paling terang yang kita lihat dari bumi, mempunyai kembaran bintang yang lebih kecil darinya?

I can’t help myself with my interest in astronomy, tiap si kakaknya mengajukan pertanyaan untuk memancing interaksi dengan penonton, aku selalu menjawabnya :’) Di ruangan itu banyak keluarga dengan anak-anak kecil nya, dan yang bereaksi hanya aku dan anak-anak itu. Aku beberapa kali lihat ibu-ibu atau bapak-bapak melihat ke arahku. Ah peduli amat deh, yang penting aku sangat sangat sangat senang hari ini.

Reaksi dari anak-anak itu juga memancing gelak tawa dan kekagumanku. Betapa antusias nya mereka dan betapa besarnya keingintahuan mereka mengenai hal-hal yang dijelaskan di depan. Dan membuat aku berfikir “That was me when I was like them” jadi terharu deh, haha terharu terus. Terus aku ingat, ketika di slide ada animasi planet-planet dan matahari, ada seorang anak memakai kostum dan masker spiderman mengangkat tangan “kak, aku mau Tanya. Aku bingung, apakah matahari punya mata?” dia mengajukan pertanyaan itu karena di depan, animasi planet dan matahari nya mempunyai mata, haha. Aduh gemas ya! Untung si kakak di depan bisa menjelaskan. Lalu ada yang  bertanya, “Kak, kalau di bawah kita itu apa? Yang hitam-hitam.” Hmm, sama dik, akupun masih penasaran, kita masih penasaran, para ilmuwan masih penasaran, seluruh dunia masih penasaran, seluruh jagat raya masih penasaran. Semoga kelak kamu bisa mengungkapkan dan mendapatkan jawaban nya ya dek!
Selebihnya, hanya percakapan orang tua yang ingin segera keluar, yang ingin segera membeli oleh-oleh, atau sebuah keluarga yang takut tertinggal rombongan tour nya. Pada akhirnya, setelah selesai, akupun ikut membeli souvenir 4 buah postcard bergambar planet yang diambil langsung dari teleskop disini. Ah, senangnya! Sampai jumpa di petualangan selanjutnya ya!


Hsf

No comments:

Post a Comment