Saturday, March 2, 2013

Someday (1st Chapter)



Siang itu aku berjalan terburu-buru menuju sebuah ruangan di sekolah. Siang yang sangat panas untuk seorang perempuan yang memakai rok panjang dan baju berlengan panjang. Aku melihat sekeliling, orang-orang belum berdatangan. Hari ini minggu, seharusnya aku sekarang berada di kamar, dan melakukan sederet daftar panjang yang aku sudah ingin lakukan sejak seminggu terakhir ini. Walaupun akhir nya harus berakhir di sekolah.

“I don’t mind spending everyday, out on your corner in the pouring rain…”

Handphone ku berbunyi. Akupun merogoh tas soft pink kecil ku dan mencari-cari benda berwarna biru itu. Dan tertulis nama ‘FARO’ di layar.

“Halo?” 

“Kay, kamu dimana? Ini aku udah di sekolah nih. Cepet yah, see you..”

“Far, emang…”

Dan ketika aku akan menjawab, sambungan telfon terputus tiba-tiba. Aku pun mempercepat langkah-ku untuk menuju ruang seni. Tepat seluruh teman sekelas-ku akan berkumpul untuk membicarakan private prom nite kelas kami. Ya, sudah tidak terasa aku sudah hampir 3 tahun berada di sekolah ini. Bau rumput basah ketika pagi hari melewati taman sekolah, bangku kayu tua yang masih terpampang jelas di kelas kami, lomba kebersihan kelas, lomba 17 agustus, acara contek-mencontek pagi hari, kantin yang penuh riuh saat jam istirahat, dan celotehan guru-guru. Semuanya.

“Kayla!!”

Akupun kembali tersadar kembali ke masa sekarang mendengar teriakan itu. Aku menoleh lurus kedepan. Faro sudah disana. Aku pun tersenyum dan berjalan ke arah nya. 

“Kay, kamu lihat yang lain gak sih? Aduhh, ini kan udah siang. Kita belum beli beberapa peralatan dan bahan masalahnya”

Faro bertanya dengan muka super panic. Dia memang salah seorang yang merekomendasikan acara ini dan bagian dari bagian yang bertanggung jawab masalah dekorasi.

“Mungkin masih dijalan. Emang tinggal apa aja Far? Kenapa kamu yang ga beli sendiri aja sih?” Jawab ku.

“Masalahnya, aku gak bawa mobil Kay”

“Bisa jalan kan? Toh, masih banyak kendaraan umum. Kamu lagi sakit kaki ya?” Jawab ku sambil tertawa menyindir nya.

“Engg, engga sih. Tapi sama kamu ya?”

Dan saat itu juga aku berhenti tertawa, dan tersenyum. Lalu Tanpa banyak bicara, kami pun berangkat menuju tempat yang faro tuju.
Semua tujuan butuh perjalanan. So, here I am. Duduk berhadapan di mobil berwarna pink dan tertawa mendengarkan cerita masing-masing, seakan tidak ada siapa-siapa lagi disitu. Percakapan yang sederhana memang, tentang kemana kita akan melanjutkan studi atau hal-hal yang mainstream lain-nya. Tapi entahlah, cara dia bicara selalu mebuat-ku tersenyum.
Aku dan Faro pun turun di depan sebuah toko roti dan mulai berjalan kembali. Dan ketika dia mendengarkan celotehan-ku yang tak pernah berhenti, yang tadinya Faro tersenyum, kini wajahnya memandang lurus tak ber-ekspresi kea rah depan.

“Kay, kamu bawa payung?” Tanya-nya.

“Engga, aku lupa. Memangnya kenapa?”

“Engga.” Ucapnya sambil tersenyum.

Kami pun melanjutkan berjalan, tapi dalam diam. Aku bingung apa yang sedang dia fikirkan sekarang. Dan tanpa kami sadari udara berubah semakin dingin. Kilat terlihat menyambar diatas kepala kami. Aku tahu ini berlebihan, tapi ini benar-benar terjadi. Dan Hujan pun turun dengan derasnya.

Aku merasakan sebuah tangan merengkuh bahu-ku dan menarik-ku ke sebuah tempat yang berteduhkan sebuah atap. Halaman sebuah rumah yang tidak aku kenal.

“Kamu ga apa-apa kan? Mau nunggu Reda atau lanjut?” 

“Nggak ko. Kita lanjut aja. Cuma hujan ko. Aku gak pernah sakit karna hujan” Jawabku tersenyum.

“Ok, so, use this one and…” Ujarnya sambil meletakan jaket biru nya ke tubuh-ku dan mencari sesuatu di tas nya. Dan mengeluarkan sesuatu. Sebuah payung berwarna navy blue. 

“Ayo!” Dan kami pun kembali berjalan berdampingan dibawah payung navy blue.

Dan aku baru sadari, dia begitu peduli padaku. Hujan yang begitu derasnya menimpa bumi, petir yang menyambar-nyambar dengan kilat nya yang menyeramkan, air yang mulai membasahi kaki-ku. Tapi baru aku sadari, pertama kalinya aku tidak takut akan petir dan air hujan itu, dan tak lelah berjalan bermeter-meter. Itu semua karena dia. Ya, aku rasa aku jatuh cinta….

(to be continued)

No comments:

Post a Comment